TOUNA – Inflasi per Agustus 2025 di Provinsi Sulawesi Tengah mencapai 3,62 persen secara tahunan. Angka ini kembali menyalakan alarm waspada. Sebab, lonjakan harga beras sekali lagi dituding sebagai biang keladi.
Isu krusial tersebut mencuat dalam rapat koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang digelar di Kantor Bupati Tojo Una-Una (TOUNA), Senin (8/9/2025). Forum ini dipimpin Gubernur Sulawesi Tengah, Dr. Anwar Hafid, dihadiri jajaran kepala daerah se-Sulteng bersama Bank Indonesia.
Anwar Hafid menegaskan, gejolak harga pangan tidak bisa ditangani secara sektoral, melainkan menuntut sinergi lintas instansi. Ia bahkan menyebut tiga daerah yang kini menjadi episentrum tekanan inflasi yakni Tolitoli, Morowali, dan Banggai.
βKalau kita tidak rapatkan barisan, inflasi akan terus menggerus daya beli masyarakat,β tegas Anwar yang dikutip.
Nada serupa dilontarkan Kepala Bank Indonesia Sulawesi Tengah, Muhammad Irfan Sukarna. Ia menyoroti distribusi beras yang timpang antarwilayah.
βDistribusi beras tidak seimbang. Ada daerah yang surplus, tapi distribusinya tidak terkendali,β ujarnya yang dikutip. Menurut Irfan, tanpa pengelolaan ulang alokasi beras, Sulteng berisiko menghadapi krisis harga yang lebih dalam.
Dalam forum itu, sejumlah kepala daerah mendesak adanya langkah nyata. Mulai dari penataan ulang jalur distribusi, penguatan cadangan beras pemerintah, hingga keterlibatan aktif pelaku usaha lokal. Mereka menilai, angka inflasi tidak hanya soal statistik, tetapi langsung menyentuh meja makan rakyat.
Pertemuan TPID kali ini menandai babak baru dalam pertempuran panjang menahan laju inflasi Sulteng.
CB: PRZ