Besi dan Baja Jadi Primadona, Sulteng Surplus Rp5,5 Miliar Dolar

LUWUK – Sulawesi Tengah terus menunjukkan peran pentingnya dalam perdagangan internasional. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, hingga Juli 2025, provinsi ini berhasil mencatatkan surplus perdagangan sebesar US$5,59 miliar. Angka tersebut diperoleh dari total ekspor yang jauh lebih tinggi dibanding impor sepanjang Januari–Juli 2025.

Komoditas ekspor terbesar masih didominasi besi dan baja yang nilainya mencapai US$1,1 miliar pada Mei 2025 atau sekitar 65 persen dari total ekspor. Disusul bahan bakar mineral sebesar US$284 juta dan nikel US$256 juta.

Negara tujuan utama ekspor tetap Tiongkok, yang menyerap hampir separuh produk Sulteng dengan nilai mencapai US$771 juta pada Mei 2025. Selain itu, Taiwan dan Vietnam juga menjadi mitra dagang penting.

Data BPS memperlihatkan fluktuasi ekspor sepanjang 2025. Pada Maret, ekspor mencapai US$1,87 miliar, naik 23 persen dibanding bulan sebelumnya. Pada April, turun tajam ke US$1,61 miliar, meski neraca perdagangan tetap surplus sebesar US$669 juta. Pada Mei, kembali naik ke US$1,96 miliar.

Sementara itu, impor Sulteng sepanjang 2025 masih relatif terkendali. Komoditas impor terbesar adalah bahan bakar mineral, disusul mesin/pesawat mekanik serta besi baja. Pada April 2025, impor sempat naik tajam hingga US$943 juta karena lonjakan kebutuhan mesin industri. Namun Mei 2025, nilainya kembali turun ke US$863 juta.

Meskipun neraca perdagangan Sulteng terus mencatat surplus, pertanyaannya apakah keuntungan besar ini benar-benar dirasakan masyarakat lokal?

Ekspor yang didominasi sektor pertambangan dan industri pengolahan logam sering kali terpusat pada kawasan industri besar seperti Morowali. Sementara itu, sektor UMKM, pertanian, dan nelayan tradisional belum tentu ikut menikmati dampaknya.

Tingginya dominasi Tiongkok sebagai tujuan ekspor juga menjadi catatan penting. Ketergantungan pada satu negara bisa menjadi risiko, terutama jika terjadi gejolak harga global atau kebijakan perdagangan baru. Diversifikasi pasar ekspor menjadi pekerjaan rumah agar ekonomi Sulteng tidak terlalu rentan terhadap perubahan eksternal.

Sulawesi Tengah masih bertahan sebagai salah satu motor ekspor nasional dengan surplus perdagangan yang tinggi. Namun, tantangan tetap ada. Bagaimana memastikan manfaat perdagangan tidak hanya berhenti pada angka besar, melainkan juga mengalir hingga ke masyarakat bawah, serta bagaimana mengurangi ketergantungan pada satu negara tujuan ekspor.

CB: PRZ