Saat Warga Lebih Cepat dari PUPR

LUWUK – Pagi itu, Jumat (31/10/2025), warga mulai datang berbondong-bondong membawa sekop, ember, dan semen. Mereka bukan pekerja proyek, melainkan masyarakat yang gotong royong menambal jalan berlubang di jalur penghubung dari BTN Pepabri menuju Desa Awu, Kecamatan Luwuk Utara, Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

“Kalau bukan kita yang perbaiki, siapa lagi?,” ujar Darto, warga Desa Awu, sambil meratakan campuran semen di lubang jalan.

Menurutnya, keputusan menambal jalan secara swadaya diambil dalam Musyawarah Desa (Musdes) sehari sebelumnya. Warga sepakat mengumpulkan iuran sukarela untuk membeli semen dan pasir. “Kami tidak menunggu lagi, karena sudah terlalu lama berharap,” kata Darto.

Jalan itu seharusnya sudah masuk dalam program pembangunan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Banggai. Namun, hingga akhir Oktober 2025, jalan berlubang tersebut belum juga diperbaiki. Setelah ditelusuri media ini, ternyata baru 10,25 kilometer pembangunan jalan terealisasi dari target 105,60 kilometer sepanjang tahun.

Plt Kepala Dinas PUPR Banggai, Dewa Supatriagama, yang dikonfirmasi Rabu (29/10/2025), membenarkan keterlambatan tersebut. “Rencana pembangunan jalan Tahun 2025 adalah 105,60 Km dengan anggaran 125 Miliar, realisasi sampai bulan ini pengaspalan sudah mencapai 10,25 Km,” Tulis Dewa melalui pesan singkatnya.

Namun bagi warga Awu, menunggu Dinas PUPR Banggai untuk memperbaiki jalan terasa terlalu panjang. Setiap kali hujan turun, lubang jalan berubah menjadi kubangan. Tak jarang kendaraan tergelincir saat melintas. “Sudah banyak yang jatuh di sini, apalagi malam hari,” ujar Darto.

Aksi warga Desa Awu menambal jalan sendiri menjadi simbol keteguhan dan kepedulian. Para warga mencampur semen, sementara ibu-ibu menyiapkan logistik makanan. “Ini bukan sekadar memperbaiki jalan, tetapi menjaga pengendara tetap aman dalam melintas,” ujar seorang warga sambil mengaduk semen.

Bagi masyarakat Awu, gotong royong bukan pilihan terakhir, melainkan langkah paling nyata ketika harapan terhadap pemerintah berjalan lambat. Mereka memilih bergerak, bukan menunggu.

Kisah ini memperlihatkan kontras antara kecepatan rakyat dan lambannya roda birokrasi. Di tengah keterbatasan anggaran dan administrasi, warga Awu menunjukkan bahwa kepedulian bisa menjadi solusi cepat untuk kebutuhan dasar.

“Semoga pemerintah melihat bahwa rakyat tidak butuh janji, mereka hanya butuh jalan yang bisa dilalui,” tutup Darto, sebelum kembali menambal lubang berikutnya di bawah terik matahari.

CB: PRZ